- Back to Home »
- remaja dan permasalahannya »
- perkembangan remaja
Posted by : Unknown
Woensdag 01 Mei 2013
TUGAS
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
“
MASALAH REMAJA (NARKOTIKA, KONSUMERISME DAN SEXS)
SERTA
PERAN GURU SEKOLAH MENENGAH DALAM MENGATASI MASALAH YANG MEMPENGARUHI PROSES
BELAJAR PADA REMAJA”
OLEH
MAYA UMI HAJAR
(120210153050)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah yang beredar di lingkungan remaja sekarang, sexs bebas, narkoktika, dan konsumerisme yang tinggi telah mengubah karakteristik seorang remaja yang pennuh budi pekerti menjadi remaja yang arogan dan penuh gaya kebarat-baratan. Masalah ini telah meraja lela dan menghantui kehidupn setiap remaja di indonesia khususnya remaja sekolah menengah umum. Masalah tersebutlah yang menyebabkan terjadinya masalah dalam pembelajaran murid sekolah menengah. Peran guru sangatlah penting dalam mengatasi hal tersebut.
Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan
siswa. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa
berajar atau belajar. Namun adakalanya didalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah sering ditemukannya masalah-masalah yang berkenaan dengan belajar yang
dialami siswa tersebut. Masalah-masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor
internal (yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri) dan juga oleh faktor
eksternal (yang berasal dari luar siswa itu sendiri).
Masalah-masalah
yang dialami oleh siswa apabila tidak segera di atasi tentunya akan menghambat
proses belajar siswa dan akan berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar
tersebut. Siswa akan berhasil dalam proses belajar apabila siswa itu tidak
mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi proses belajarnya.
Jika
terdapat siswa yang mempunyai masalah dan permasalahan siswa tersebut tidak
segera ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan
belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya
prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar. Untuk
itu, sebagai seorang guru ataupun pendidik kita harus mengetahui kondisi siswa
agar tercipta proses pembelajaran yang baik dan kondusif.
1.2 Rumusan masalah
masalah apakah yang terjadi pada remaja saat ini?
Jelaskan masalah-masalah yang mempengaruhi proses belajar?
Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar?
Jelaskan langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar?
Jelaskan masalah belajar siswa?
Jelaskan upaya-upaya penanggulangan masalah belajar?
masalah apakah yang terjadi pada remaja saat ini?
Jelaskan masalah-masalah yang mempengaruhi proses belajar?
Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar?
Jelaskan langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar?
Jelaskan masalah belajar siswa?
Jelaskan upaya-upaya penanggulangan masalah belajar?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembelajaran mengenai cara menentukan masalah-masalah yang dialami siswa :
·
Pembaca mengetahui definisi dari masalah
belajar.
·
Pembaca dapat mengidentifikasi
masalah-masalah yang mempengaruhi proses belajar.
·
Pembaca dapat menentukan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses belajar.
·
Pembaca dapat menentukan langkah-langkah
yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar siswa.
·
Pembaca dapat menanalisis masalah
belajar siswa.
Pembaca dapat menemukan solusi untuk penanggulangan atau pemecahan masalah-masalah pembelajaran.
Pembaca dapat menemukan solusi untuk penanggulangan atau pemecahan masalah-masalah pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Di sini saya akan memaparkan beberapa masalah yang
di alami oleh remaja saat ini dari berbagai sumber.
(sumber Harian Kompas)
Keprihatinan
: Gaya Hidup
“Bebas” Remaja Masa Kini
(Hedonis, Rokok, Gamer, Narkoba hingga Seks)
ech-wan (nusantaraku)
Setelah
kita memasuki era kehidupan dengan sistem komunikasi global, dengan kemudahan
mengakses informasi baik melalui media cetak, TV,
internet, komik, media ponsel, dan DVD bajakan yang berkeliaran di
masyarakat, tentunya memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita. Setiap
fenomena yang ada dan terjadi di dunia, tentunya akan memberikan nilai positif
sekaligus negatif. Sangat tergantung pada pola pikir dan landasan hidup pribadi
masing-masing.
Setiap individu dari kita akan merasa senang dengan kehadiran produk atau layanan yang lebih canggih dan praktis. Tidak terkecuali teknologi internet yang telah merobohkan batas dunia dan media televisi yang menyajikan hiburan, informasi serta berita aktual. Begitu juga, handphone yang telah membantu komunikasi sesama manusia untuk kapan saja meskipun satu dengan yang lainnya berada di dunia Utara-Selatan atau belahan Timur – Laut.
Setiap individu dari kita akan merasa senang dengan kehadiran produk atau layanan yang lebih canggih dan praktis. Tidak terkecuali teknologi internet yang telah merobohkan batas dunia dan media televisi yang menyajikan hiburan, informasi serta berita aktual. Begitu juga, handphone yang telah membantu komunikasi sesama manusia untuk kapan saja meskipun satu dengan yang lainnya berada di dunia Utara-Selatan atau belahan Timur – Laut.
Teknologi + Kebebasan – Edukasi = Kehancuran
Setiap
teknologi memberikan efek positif dan negatif . Maraknya penggunaan ponsel telah
menurunkan interaksi individu secara langsung. Hal ini akan cenderung membuat
pola hidup manusia menjadi indivualistis. Dampak negatif ini tentunya dapat
dikurangi bahkan dihindari jika saja si pengguna memiliki pemahaman/pengetahuan, etika dan sikap yang kuat (bijak-positif) untuk memanfaatkan sesuatu secara
selektif dan tepat guna.
Inilah titik permasalahannya bagi anak dan remaja. Penyaring internal (pemahamam, etika dan sikap) anak dan remaja kita masih sangat rapuh. Di era kompleksitas arus kehidupan saat ini, orang tua (terutama di perkotaan) telah kehilangan daya mendidik dan membangun keluarga bagi anak-anaknya. Hal ini diperparah dengan maraknya “racun-racun” yang diterima oleh anak-anak kita saat ini. Adegan-adegan kekerasan,seksual,mistik,dan hedonisme di media TV, koran dan internet, serta sistem pendidikan sekolah yang gagal membangun karakter anak, telah menyerang anak-anak remaja indonesia kita saat inisebagai tombak penerus bangsa kita yang telah terpuruk.
Inilah titik permasalahannya bagi anak dan remaja. Penyaring internal (pemahamam, etika dan sikap) anak dan remaja kita masih sangat rapuh. Di era kompleksitas arus kehidupan saat ini, orang tua (terutama di perkotaan) telah kehilangan daya mendidik dan membangun keluarga bagi anak-anaknya. Hal ini diperparah dengan maraknya “racun-racun” yang diterima oleh anak-anak kita saat ini. Adegan-adegan kekerasan,seksual,mistik,dan hedonisme di media TV, koran dan internet, serta sistem pendidikan sekolah yang gagal membangun karakter anak, telah menyerang anak-anak remaja indonesia kita saat inisebagai tombak penerus bangsa kita yang telah terpuruk.
Di
sisi lain, rendahnya regulasi dan law inforcement dari pemerintah dan
aparaturnya, telah menyebabkan oknum-oknum perusak generasi muda kita
“berkembang biak: secara pesat. KKN antara pihak penguasa dengan pengusaha
dalam regulasi, publikasi dan distribusi media menyebabkan jutaan pemimpin masa
depan Indonesia di ujung kepunahan.
Sederet
keprihatinan anak dan remaja saat ini seperti kenakalan remaja, pola hidup
konsumtif-hedonistik, pergaulan bebas, rokok, narkoba, dan kecanduan game on
line hampir menuju budaya yang seperti kebarat-baratan “gaya hidup” remaja masa
kini.
Teknologi tanpa filtrasi (perlu regulasi agar kebebasan tidak jebol) dan rapuhnya edukasi/karakter manusia mengakibatkan kehancuran bangsa.
Teknologi tanpa filtrasi (perlu regulasi agar kebebasan tidak jebol) dan rapuhnya edukasi/karakter manusia mengakibatkan kehancuran bangsa.
(sumber harian Jawa Pos)
Rokok, Narkoba, Seks, dan AIDS
Ditengah berita
siswa-siswi berprestasi dalam ajang penelitian, olimpiade sains, seni dan
olahraga, anak muda Indonesia
saat ini terancam dalam masa chaos.
Jutaan remaja kita menjadi korban perusahaan nikotin-rokok. Lebih dari 2
juta remaja Indonesia
ketagihan Narkoba (BNN 2004) dan lebih 8000 remaja terdiagnosis pengidap AIDS (Depkes 2008).
Disamping
itu, moral anak-anak dalam hubungan seksual telah memasuki tahap yang
mengawatirkan. Lebih dari 60% remaja SMP dan SMA
Indonesia, sudah tidak perawan lagi. Perilaku
hidup bebas telah meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat kita.
Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa :
-Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.
-Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan.
-Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.
- Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan.
- Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno.
Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa :
-Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.
-Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan.
-Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.
- Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan.
- Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno.
(sumber harian Medan)
Pengakuan Siswi SMA, Beginikah Remaja Kita?
“Sekarang gue lagi jomblo.
Sudah dua tahun putus. Sakit juga! Habis pacaran empat tahun, dan sudah kayak
suami-istri. Dulu, tiap kali ketemu, gejolak seks muncul begitu saja. Terus ML
(making love) deh. Biasanya kita lakuin kegiatan itu di hotel. Kadang di rumah
juga, kalau orang rumah lagi pergi semua. Kalau rumah nggak lagi sepi ya paling
cuma berani ciuman dan raba sana-sini. Buat gue, semua itu biasa. Gue
nglakuinnya karena merasa yakin doi bakal jadi suami gue. Gue nggak takut dosa.
Kan kita
sama-sama mau, jadi nggak ada paksaan. Dosa terjadi kan kalau ada paksaaan. Gitu menurut
gue! Waktu putus, gue nggak nyesel sudah nglakuin itu, habis, mau gimana
lagi! Santai saja! Tentang pendidikan seks, gue nggak pernah terima dari
orangtua. Paling dari teman, majalah, buku, atau film”
Itulah penuturan Neila (samaran), pelajar kelas 3 sebuah SMA di Jakarta Timur, yang baru saja menjalani UAN.
Itulah penuturan Neila (samaran), pelajar kelas 3 sebuah SMA di Jakarta Timur, yang baru saja menjalani UAN.
Tanpa
beban, remaja manis bertubuh mungil ini menceritakan pengalamannya. Ia dan sang
kekasih tahu harus melakukan apa supaya hubungan seks pranikah itu tidak
membuatnya hamil.Sampai saat ini, Neila yakin orangtuanya sama sekali tidak
tahu perilaku putri keduanya itu. ”Gue nggak bakal ceritalah, bisa
mati mendadak mereka. Teman malah ada yang tahu, tentu saja yang punya pengalaman
sama,” katanya sambil memilin-milin rambutnya.
Menurutnya,
ML di kalangan remaja sekarang bukan hal yang terlalu asing lagi. Malah, ada
yang sengaja merayu pria dewasa yang bisa ditemui di mal dan tempat umum lain,
untuk mendapatkan uang atau barang berharga, seperti telepon seluler model
terbaru, jam tangan bermerek, baju, sepatu, tas, dan sebagainya. ”Bukan
profesi sih, cuma iseng. Hitung-hitung bisa buat gaya. Mending gue `kan, yang nglakuinnya cuma sama pacar dan
bukan demi duit,” sergahnya.
(sumber Suara
Merdeka)
Biarkan atau Bertindak?
Sudah
seharusnya kita kembali ke akar budaya bangsa kita. Jauh sebelumnya, bangsa Indonesia
adalah bangsa yang memiliki nilai akar (root value) budaya yang menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan dan kesusilaan seperti tertuang dalam falsafah dan
nilai Pancasila. Kondisi yang menimpa generasi muda saat ini, harus dibina dan
dididik agar mereka menjadi pemimpin yang memiliki moralitas yang tinggi untuk
membangun bangsa dan negaranya.
Semua pihak haruslah merasa bertanggung jawab atas kasus ini. Disamping orang tua, peran masyarakat sangatlah penting. Sistem pendidikan kita juga harus diubah. Jangan naikkan anggaran tanpa meningkatkan nilai yang sesungguhnya dari pendidikan. Pemerintah sudah seharusnya tegas melaksanakan undang-undang, dan para pengusaha, pedagang, dan web internet cobalah berhenti menyebarkan hal-hal yang merusak (karena generasi kita masih rapuh).
Semua pihak haruslah merasa bertanggung jawab atas kasus ini. Disamping orang tua, peran masyarakat sangatlah penting. Sistem pendidikan kita juga harus diubah. Jangan naikkan anggaran tanpa meningkatkan nilai yang sesungguhnya dari pendidikan. Pemerintah sudah seharusnya tegas melaksanakan undang-undang, dan para pengusaha, pedagang, dan web internet cobalah berhenti menyebarkan hal-hal yang merusak (karena generasi kita masih rapuh).
Hal-hal yang
harusnya dilakukan:
- Pemerintah filtrasi tegas sinetron, film atau iklan yang berisi kekerasan seksual, pergaulan bebas, mistis-religi, kekerasan-religi, ramalan serta judi.
- Menindak tegas para pelanggar UU Perlindungan Anak
- menfilter situs-situs porno di Indonesia. Hingga saat ini saja ada 6 Situs Porno yang Paling Banyak diakses di Indonesia
- Membangun Youth Centre, pusat pendidikan dan kreasi bagi remaja-remaja agar beraktivitas yang positif.
- Secara aktif mengontrol promosi (iklan) dan peredaran rokok.
- Memprioritaskan program pencegahan perdagangan anak, eksploitasi seksual komersial anak, dan narkoba.
- Edukasi pada masyarakat bahwa jangan mengasingkan anak-anak (yang menjadi korban), bantulah mereka untuk keluar dari permasalahan mereka (material maupun moril).
- Pemerintah filtrasi tegas sinetron, film atau iklan yang berisi kekerasan seksual, pergaulan bebas, mistis-religi, kekerasan-religi, ramalan serta judi.
- Menindak tegas para pelanggar UU Perlindungan Anak
- menfilter situs-situs porno di Indonesia. Hingga saat ini saja ada 6 Situs Porno yang Paling Banyak diakses di Indonesia
- Membangun Youth Centre, pusat pendidikan dan kreasi bagi remaja-remaja agar beraktivitas yang positif.
- Secara aktif mengontrol promosi (iklan) dan peredaran rokok.
- Memprioritaskan program pencegahan perdagangan anak, eksploitasi seksual komersial anak, dan narkoba.
- Edukasi pada masyarakat bahwa jangan mengasingkan anak-anak (yang menjadi korban), bantulah mereka untuk keluar dari permasalahan mereka (material maupun moril).
BAB
III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Masalah Belajar
Dalam
mengatasi masalah remaja (sexs, narkotika, dan konsumerisme) yang menganggu
proses pembelajaran di sekolah maka guru harus mengetahui masalah-masalah belajar
tersebut dan mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.
Masalah
itu sendiri adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985)
mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian
belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.
“Belajar
adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut
( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam
arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi
tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami
oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa
murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.
Faktor-Faktor
yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh
terhadap proses belajar:
Faktor-Faktor Internal Belajar
Untuk bertindak belajar siswa menghadapi
masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya,
maka ia tidak dapat belajar dengan baik.
• Sikap Terhadap Belajar
• Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan
memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak
atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap
siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang
salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan
pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakana belajar.
Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi.
Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini
akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan
menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak pesuli terhadap
belajar maka upaya pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka siswa
sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.
• Motivasi Belajar
Tidak diragukan bahwa dorongan
belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada siswa untuk
belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang tinggi dan keinginan
yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan
dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
Motivasi yang diberikan dapat
meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila
siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya
ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk
menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa
membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun siswa
akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk menunutut ilmu
sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar.
• Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan
kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut
tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat
perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan
memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu diperhatikan
oleh guru ketika memulai proses belajar ialahsebaiknya seorang guru tidak
langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan perhatian
siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk
kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengana berbagai masalah. Sehingga
sangat perlu untuk melkukan pemusatan perhatian dengan berbagai strategi.
Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tigapuluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tigapuluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
• Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan
kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi
bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu
pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan
siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan
aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami
materi yang telah disampikan. Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik
jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga seorang guru
sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan memusatkan
perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
• Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar
merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan
menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam
jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan ,
proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar
yang disimpan dalam jagka waktu yang panjang akan mudah dilupakan oleh siswa.
Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali bahan belajar yang telah
diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat.
Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat.
• Menggali Hasil Belajar Yang
Tersimpan
Menggali hasil belajar yang
tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal
baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau
mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan memanggil
atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil
belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan
lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya
sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan
dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat
penerimaan maka siswa tidak memiliki apa apa. Jikasiswa tidak berlatih sungguh
sungguh maka siswa tidak akan memiliki ketrampilan.
• Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk
hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa
membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia
telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar.
Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak
mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada
proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan,
serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
• Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari
keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa
percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses
belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan
diriyang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat.
Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya
dirinya.
• Intelegensi Dan Keberhasilan
Belajar
Intelegensi merupakan suatu
kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah,
berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan
tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau
kehidupan sehari-hari.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.
• Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa
akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah
disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir
semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah
hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan
seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di
sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan
tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri
sendiri.
• Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai motivasi
intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak
mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu
termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut.
Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa
diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.
Faktor-Faktor Ekstern Belajar
Proses belajar didorong oleh
motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau
menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain
aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan
baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah
merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan
beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada aktivitas belajar.
Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
• Guru Sebagai Pembina Siswa
Belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik
. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi
juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah
seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu.
Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh.
Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi
masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.
Dengan penghasilan yang diterimanya
setiap bula ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai seorang pribadi guru.
Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan
tugasnya. Guru juga menumbuhkan diri secara professional. Ia bekerja dan
bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi masalah-masalah
keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan
pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan
keberhasilan guru membelajarkan seorang siswa.
• Prasarana Dan Sarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi
sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar, tempat ibadah, ruang kesenian,
dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku
bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran
yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi
pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan
prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru
disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasaranapembelajaran sehingga
tersenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.
• Kebijakan Penilaian
Kegiatan penilaian merupakan proses
belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa.
Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut maka proses belajar
berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil belajar merupakan
hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku aktif
dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil belajar merupak
tingkat perkembangan mental yang lebing baik bila dibandingkan pada saat pra
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran
guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika digolonhkan lulus maka dapay
dikatakan proses belajar siswa dan tindak mengajar guru berhenti sementara.
Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan
mengajar ulang bagi guru.
• Lingkungan Sosial Siswa Di
Sekolah
Tiap siswa dalam lingkungan sosial
memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan
tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan
tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi,
bersaing, konflik atau perkelahian.
• Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di
sekolahadalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau yayasan
pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan
kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan
akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu
menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah
seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah,
kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Masalah Belajar
Kesulitan belajar ini merupakan
suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan (manifestasi). Karena
guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya
memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan
dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan
belajar.
Pada dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, khususnya dalam masalah belajar murid di SD, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatarbelakanginya ( penyebabnya ). Seorang guru setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya. Selanjutnya guru dapat melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak mudah menentukan sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena masalah belajar cenderung sangat kompleks.
Pada dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, khususnya dalam masalah belajar murid di SD, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatarbelakanginya ( penyebabnya ). Seorang guru setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya. Selanjutnya guru dapat melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak mudah menentukan sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena masalah belajar cenderung sangat kompleks.
Pada garis besarnya sebab-sebab
timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori
yaitu :
Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor
yang berada pada diri murid itu sendiri ), antara lain:
• Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ).
• Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), sepertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
• Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri (maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.
• Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal dari
a). Sekolah, antara lain :
• Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ).
• Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), sepertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
• Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri (maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.
• Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal dari
a). Sekolah, antara lain :
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
Terlalu berat beban belajar (murid) dan
atau mengajar (guru)
Metode mengajar yang kurang memadai
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan
belajar
b). Keluarga (rumah), antara lain :
Keluarga tidak utuh atau kurang
harmonis.
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan
pendidikan anaknya
Keadaan ekonomi.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
Menurut Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang jumlah anaknya sedikit.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar adalah :
1) Identifikasi masalah siswa, 2)
Diagnosa, 3) Prognosa, 4) Pemberian Bantuan, 5) Follow up (tindak lanjut)
1. Identifikasi Masalah Siswa
Identifkasi masalah siswa adalah untuk
menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar yang sangat memerlukan
bantuan. Langkah ini "sangat mendasar sekali" dan merupakan awal
kegiatan bimbingan terhadap siswa yang bermasalah, untuk menentukan masalah
yang dialaminya.
Dalam bimbingan belajar siswa, masalah yang terjadi dijaga kerahasiaannya. Dikandung maksud agar siswa yang mengalami permasalahan tidak terbebani, tidak ragu dan tanpa rasa takut mengungkapkan permasalahannya dengan jujur. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, instrumen.
Dalam bimbingan belajar siswa, masalah yang terjadi dijaga kerahasiaannya. Dikandung maksud agar siswa yang mengalami permasalahan tidak terbebani, tidak ragu dan tanpa rasa takut mengungkapkan permasalahannya dengan jujur. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, instrumen.
2. Diagnosa
Diagnosa dilakukan dalam bimbingan
belajar, diartikan sebagai rumusanrumusan masalah siswa, jenis kesulitan serta
latar belakang kesulitan dalam pelajaran, serta kesulitan belajar atau masalah
yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari sehingga mempengaruhi belajarnya.
3. Prognosa
Prognosa merupakan kegiatan
memperkirakan permasalahan, apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar
tidak segera mendapat bantuan. Bertujuan untuk menentukan bantuan yang dapat
diberikan kepadanya.
4. Pemberian Bantuan
Bantuan yang diberikan dengan
menggunakan pengarahan, motivasi, belajar. Cara mengatasi masalah kesulitan
belajar melalui latihan-latihan dan tugas baik individu maupun kelompok, secara
rutin.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang
ditujukan kepada individu atau kelompok siswa agar yang bersangkutan dapat
mengenali dirinya sendiri, baik kemampuan yang dimilikinya maupun kelemahannya
agar selanjutnya dapat mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab dalam
menentukan jalan hidupnya atau memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta
dapat memahami lingkungannya secara tepat sehingga dapat memperoleh kebahagiaan
hidupnya.
Langkah-langkah bimbingan belajar:
Langkah-langkah bimbingan belajar:
1. Mengenal siswa yang mendapat
kesulitan belajar dengan menggunakan norma atau ukuran kriteria tertentu.
2. Mencari sebab-sebab siswa mendapat
kesulitan.
3. Mencari usaha untuk membantu
memecahkan kesulitan-kesulitan itu.
4. Mengadakan pencegahan supaya kesulitan
yang dialami seseorang tidak menular kepada yang lain (Sutijono, S, 1991 : 49).
Jika permasalahan siswa tidak segera
ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang
dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar,
minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar (S. Sucitae, 1972 : 2).
5. Tindak Lanjut
Tindak lanjut kegiatan bimbingan
belajar, untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan atau ketidakberhasilan,
usaha-usaha memberikan bantuan pemecahan masalah yang telah diberikan.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
(a) learning disorder; (b) learning
disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning
disabilities.
Di bawah ini akan diuraikan dari
masing-masing pengertian tersebut.
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala
dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik,
meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas
mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa
yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi
atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka
dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa
yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas
normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah
dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul
(IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat
rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau
ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar
atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi
intelektualnya.
Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang
dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat
belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas
kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal
dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
d. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak
wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e. Menunjukkan perilaku yang berkelainan,
seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak
teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
f. Menunjukkan gejala emosional yang
kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang
gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai
rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.
Menurut Burton bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.
Menurut Burton bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
1. Dalam batas waktu tertentu yang
bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan
materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan
oleh guru (criterion reference).
2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai
prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau
kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under
achiever.
3. Tidak berhasil tingkat penguasaan
materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat
pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau
belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.
Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar
1. Perhatikan Mood
Untuk mengenal mood anak, seorang ibu
harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan
senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang
senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar,
ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu.
Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di
sini tugas orangtua untuk menyenangkan hati si anak.
2. Siapkan Ruang Belajar
Kesulitan belajar anak bisa juga karena
tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar
untuk anak. Selain itu, saat mengajari anak ini Anda bisa melakukannya dengan
menularkan cara belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang
bagaimana dahulu ibunya menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit.
Biasanya anak cepat larut dengan cerita ibunya sehingga ia mencoba
mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang.
3. Komunikasi
3. Komunikasi
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai
tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian
terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di kelas.
Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak Anda aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya. Selamat mencoba.
Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak Anda aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya. Selamat mencoba.
4.Mengidentifikasi siswa yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
a) Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik bersifat umum maupun khusus dalam bidang studi
b) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam “record academic” kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
c) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.
d) Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu yang diberikan di dalam kelas, berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar siswa di rumah melalui check list
e) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas,dan guru pembimbing.
5. Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya, dengan cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, seperti catatan keterlambatan penyelesaian tugas, ketidakhadiran, kekurang aktifan dan kecenderungan berpartisipasi dalam belajar.
Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
a) Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik bersifat umum maupun khusus dalam bidang studi
b) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam “record academic” kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
c) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.
d) Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu yang diberikan di dalam kelas, berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar siswa di rumah melalui check list
e) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas,dan guru pembimbing.
5. Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya, dengan cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, seperti catatan keterlambatan penyelesaian tugas, ketidakhadiran, kekurang aktifan dan kecenderungan berpartisipasi dalam belajar.
6. Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan.
7. Memperkirakan alternatif pertolongan. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya baik yang bersifat mencegah (preventif) maupun penyembuhan (kuratif).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui berbagai media penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik, siswa dan orang tua di rumah.
Karena
walau bagaimanapun juga sebagaian waktu anak lebih banyak dihabiskan di rumah
dari pada di sekolah di bawah pengawasan orang tua jadi perannya sangat penting.
Dalam hal ini pendidik dalam hal ini guru di sekolah dan orang tua di rumah dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang dihadapi oleh siswa/anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik mempu memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan.
Dalam hal ini pendidik dalam hal ini guru di sekolah dan orang tua di rumah dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang dihadapi oleh siswa/anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik mempu memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Lelono,
Asmoro. 2002 . Pendidikan karakter. Jakarta :erlangga
·
Martens,
thomas: Malayer. Jeanette, 1996, teenagers , Burgess Publishing Company, USA.
·
Sulistyaindriani.
2010 . masalah
remaja. http : //
sulistyaindriani.wordpress.com/ 2010 / 10 / malasah remaja.html (19 desember 2012 )
·
Istiningdyah.2010.
sexs,narkoba
dan konsumerisme dalam remaja.
http: // istiningdyah.blogspot.com /2010/07- sexs,narkoba dan
konsumerisme dalam remaja.html
( 19 desember 2012).